PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
1. Definisi Pendidikan Usia Dini (PAUD)
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional(sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
( Adalilla, S, 2010)
PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan, daya pikir, daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa/komunikasi, dan social (Hasan, 2009).
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan seluruh anak mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan social anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan minat-minat dan gaya belajar anak (Santrock, 2007)
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun pendampingan.
3. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
1) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2) Mengenalkan anak pada dunia sekitar
3) Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
4) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
5) Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak
6) Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
4. Jenis Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini
Dibanding dengang perkembangan model dan jenis PAUD di berbagai negara maju dan berkembang lainnya, PAUD di Indonesia memiliki keunikan khusus yang agak berbeda dengan di luar negeri. Karena di luar negeri PAUD pada umumnya hanya dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu Kindergarden atau Play Group dan Day Care, sedang di Indonesia menjadi 4 (empat) macam yaitu :
1) Taman Kanak-Kanak (Kindergarten)
2) Kelompok Bermain (Play Group)
3) Taman Penitipan Anak (Day Care)
4) PAUD sejenis (Similar with Play Group)
5. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan PAUD di negara lain semata-mata hanya menstimulasi kecerdasan anak secara komprehensif dan pengasuhan terhadap anak, karena aspek kecerdasan yang dikembangkan hanya meliputi kecerdasan intelektual, emosional, estetika, dan social serta pengasuhan. Sedang di Indonesia potensi kecerdasan tersebut diberikan juga pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan spiritual yang dilaksanakan melalui pendekatan olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Di samping itu, juga diberikan pengetahuan dan pembinaan terhadap kondisi kesehatan dan gizi peserta didik. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD di Indonesia disebut penyelenggaran PAUD secara “Holistik dan Integratif”
6. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini, hendaknya menggunakan prinsip-prinsip berikut :
1) Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi disemua aspek perkembangan baik fisik, intelektual, bahasa, motorik, dan sosioemosional. Berorientasi pada kebutuhan anak membuat pendidikan begitu menyenangkan. Anak akan menjadikan belajar sebagai kebutuhan pokoknya.
2) Belajar melalui bermain
Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Mulai bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpilan mengenai benda di sekitarnya. Dengan bermain anak berusaha memahami karakter teman-temannya, termasuk karakteristik orang dewasa disekitarnya. Bermain dan permainan bagi anak menjadi semacam air kehidupan yang begitu penting bagi kehidupan anak.
3) Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. Pasalnya lingkungan yang kondusif akan mengajak anak untuk bisa memosisikan dirinya secara proporsional. Dia akan berusaha menjadi bagian dari teman-temanya.
4) Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu bisa dikatakan sama dengan pembelajaran yang sesuai dengaan potensi dan bakat anak. Oleh karenanya, pendidikan dengan model pengelompokkan anak-anak yang dianggap pandai dalam ruangan tertentu membuat anak tidak bisa berkembang maksimal, khususnya pada aspek social emosional.
5) Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dialkukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, bertanggung jawab, serta memiliki disiplin diri. Mengembangkan berbagai kecakan hidup juga akan mengajak anak untuk senantiasa kreatif dalam setiap langkah yang dipilih atau masalah yang menghadang.
6) Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik atau guru. Renik-renik disekitar kita bisa dijadikan bahan ajar yang begitu mempesona anak-anak didik. Hal ini karena renik-renik tersebut juga dekat dengan dunia anak, sehingga anak akan menikmati sumber belajar itu.
7) Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya disajikan secara berulang. Kebertahapan dalam pendidikan membuat anak bisa menangkap makna atas apa yang diberikan. Pengulangan yang dilakukan membuat anak kianmelakukan kristalisasi atas pelajaran dan transfer ilmu serta nilai yang dilakukan.
7. Komponen Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
1. Anak
Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pengelompokkan anak tersebut didasarkan pada usia sebagai berikut :
1) 0-1 tahun
2) 1-2 tahun
3) 2-3 tahun
4) 3-4 tahun
5) 4-5 tahun
6) 5-6 tahun
2. Pendidik
Kompetensi pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat atau Sarjana dibidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi, daan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD, atau sekurang-kurangnya telah mendapat pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak sekolah sebagi berikut :
1) Usia 0-1 tahun, rasio 1 : 3 anak
2) Usia 1-3 tahun, rasio 1 : 6 anak
3) Usia 3-4 tahun, rasio 1 : 8 anak
4) Usia 4-6 tahun, rasio 1 : 10-12 anak
3. Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyipakan materi (content) dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam dua kelompok usia. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut.
Materi usia lahir sampai usia 3 tahun meliputi hal-hal berikut :
1) Pengenalan diri sendiri
2) Pengenalan perasaan
3) Pengenalan tentang orang lain
4) Pengenalan berbagai gerak
5) Mengembangkan komunikasi
6) Keterampilan berpikir
Materi untuk anak usia 3-6 tahun meliputi hal-hal berikut :
1) Keaksaraan, yang mencakup peningkatan kosakata dan bahasa, serta percakapan
2) Konsep matematika yang mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan.
3) Pengetahuan alam yang lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan bumi, dan lingkungan
4) Pengetahuan social yang mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan orang lain.
5) Seni yang mencakup menari, music, bermain peran, menggambar, dan melukis.
6) Teknologi yang mencakup alat-alat dan penggunaan teknologi yang digunakan dirumah atau sekolah
8. Layanan Program
Lembaga pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai dengan satuan pendidikan masing-masing. Pada bagian ini, dijelaskan tentang waktu-waktu yang digunakan dalam pendidikan prasekolah secara umum, jadi tidak hanya mengacu pada pendidikan di TK-PAUD.
Adapun jumlah hari dan jam layanan sebagai berikut:
1) Taman penitipan anak (TPA) dilaksanakan 3-5 haridengan layanan minimal 6 jam.
2) Kelompok bermain (KB) setiap hari atau maksimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam.
3) PAUD minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam
4) Taman kanak-kanak dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam
9. Tantangan Prioritas Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini
Sampai saat ini masi ada beberapa masalah yang dapat menghambat perluasan kesempatan dan pemerataan akses mengikuti PAUD serta peningkatan mutu PAUD di Indonesia, namun semua itu kita anggap sebagai tantangan yang menarik sehingga untuk mengatasinya diperlukan kreatifivitas dan inovasi yang berkelanjutan.
1) Jumlah anak yang belum mengikuti PAUD masih cukup besar.
2) Sarana dan prasarana belajar secara kuantitatif maupun kualitatif masih terbatas, hal ini disebabkan oleh terbatasnya kreativitas guru PAUD untuk menciptakan dan mengembangkan metode pembelajaran dan sumber belajar dengan memanfaatkan potensi budaya dan alam sekitar.
3) Kompetensi sebagian besar guru PAUD masih belum memadai karena sebagian besar dari mereka tidak berasal dari latar belakang pendidikan PAUD dan mereka belum memperoleh pelatihan yang berkaitan dengan konsep dan ilmu praktis tentang PAUD.
4) Perbedaan Angka Partisipasi Kasar (APK) peserta PAUD di daerah perkotaan dan perdesaan masih sangat besar.
10. Peran Serta Masyarakat
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah, yayasan maupun perorangan. Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa masyarakat harus dilibatkan dalam proses pembimbingan anak.
Alasan terkait pelibatan masyarakat adalah karena sepulang dari sekolah anak-anak akan kembali ke masyarakat. Meminta masyarakat untuk ikut pula mengawasi perkembangan atau perilaku anak ketika dia berada dimasyarakat. Dengan kata lain, menjadikan masyarakat sebagai rekan kerja. Apabila ini terjadi sinergi yang begitu mengagumkan antara pendidik, sekolah, dan pihak masyarakat, dan ini sangat membantu proses pembelajaran.
Sumber :